kenapa bukan aku

Ibu, Kenapa Bukan Aku?

Monday, October 21, 2013

Suatu ketika di perjalanan keluar kota, seorang anak menatap keluar jendela tanpa berhenti sedetikpun memperhatikan setiap hal yang ia tidak punyai. Ia merangkul tangan ibunya dan berkata,
 "Ibu, kenapa bukan aku yang dilahirkan sangat cantik seperti dia?" 
Ia menunjuk billboard iklan produk kecantikan yang dihiasi artis berparas rupawan. Sang ibu menghela nafas panjang dan tersenyum seraya membelai lembut rambut sang anak.
"Nak, ingat bagaimana caramu berjalan di tengah gerombolan pria dengan wajah cantikmu sekarang? Merasa besar dan semua mata mengagumi mu? Tuhan menyelamatkan mu dari keangkuhan"
Sang anak melepaskan tangan ibunya dan bergumam, "itu kan pengaruh zodiak, bu." Sang ibu hanya tersenyum dan mengecup lembut kepala sang anak. Mata sang anak kembali memperhatikan sebuah mobil mewah yang juga ikut menikmati macet bersama bus yang ia tumpangi.
"Ibu, lihat mobil itu. Pasti nyaman sekali di dalamnya. Bisa tidur nyenyak, nyaman, dan ga perlu berdesak-desakan seperti ini. Kenapa bukan aku yang diciptakan menjadi orang kaya dengan harta yang berlimpah?"
Sang ibu memperhatikan mobil yang membuat anaknya menggerutu dan tersenyum memandangi sang anak yang matanya tidak kunjung lepas dari mobil yang nyaman itu. Sang ibu menjawab sembari tersenyum lebar.
"Nak, Tuhan sudah menyelamatkan mu dari perilaku berfoya-foya. Bukankah dengan keterbatasan sekarang kau masih saja ingin beli ini dan itu untuk kepentingan persepsi orang lain?

Sang anak tidak puas,
 "tapi kenapa aku tidak diberi kesempatan dulu untuk merasakan enaknya punya uang banyak? Bukankah kalau punya uang banyak beribadahnya akan lebih baik? Akan banyak yang bisa aku bantu, bu."

Sang ibu selalu punya jawaban untuk sang anak yang tidak pernah puas.
"Nak, Tuhan percaya bahwa kau mampu untuk mendapatkan kekayaan yang kau impikan. Tuhan tidak memberikanmu ikan besar begitu saja, tapi memberikanmu kail yang sangat bagus untuk menangkap ikan yang kau inginkan sendiri. Kau bisa memilih ikan mana yang kau suka dengan kail yang kau punya sekarang."
Sang anak memalingkan wajahnya dan menatap mata sang ibu dalam. Sang ibu melanjutkan jawabannya.
"Tuhan menempatkanmu pada posisi yang kelak akan kau syukuri. Sekarang, berhentilah mengutuk keadaan. Tuhan memilihkanmu kehidupan dan memberikanmu pilihan. Menjalani sembari mengutuknya atau menjalani sembari memperjuangkannya?"
Sang ibu menggemgam tangan anaknya dan meletakkannya di paha. Sang ibu menarik nafas dalam dan meyakinkan sang anak.
"Nak, hanya ada dua pilihan. Hidupmu berakhir dengan senyuman pencapaian atau terbaring di tempat tidur apek dengan penuh penyesalan. Ini hidupmu, nak. Jalani dengan cara yang menurutmu pantas"
Sang anak terdiam dan memalingkan pandangannya ke langit-langit bus yang sudah mulai berubah warna termakan usia, berkarat. Pandangannya terhenti pada sepasang suami-istri, rupa sang suami mencuri perhatiannya.

"Ibu, kenapa bukan aku yang punya suami rupawan seperti dia?"
Kali ini sang ibu tidak lagi menjawab, ia menggenggam tangan anaknya dan menariknya turun. Mereka sudah sampai di tujuan. Sang anak terselamatkan.

Instagram