Fenomena di Ramadhan

Saturday, August 03, 2013


Ramadhan sudah di putaran akhir, hari kemenangan sudah mulai terlihat lewat iklan-iklan sirup yang biasanya bersambung sekarang sudah dalam satu cerita utuh. Undangan buka bersama rekan sejawat atau teman lama juga sudah dipenuhi satu-satu. Pasar dan pusat perbelanjaan modern lainnya ramai dikunjungi orang-orang yang ingin tampil trendy dan memukau saat idul fitri. Pergerakan ekonomi Indonesia menjelang lebaran ini diperkirakan  90 Triliun (sumber: Singgalang).

Lalu bagaimana dengan amalan? Mesjid-mesjid mulai sepi peminat karena pengunjungnya sudah beralih ke kue lebaran yang harus disiapkan, pernak-pernik rumah mesti diperbarui biar kalau nanti kolega atau saudara datang selain mereka nyaman juga bisalah sedikitnya pamer kalau punya sofa baru, gorden mentereng, dan toples yang berisi penuh dengan kue.

Fenomena-fenomena di atas memang sering bahkan rutin kita jumpai disetiap putaran Ramadhan dan Idul Fitri.

Al-Qur’an nya sudah khatam? :)
Dhuhanya masih lancar? :)
Taraweh jalan? :)

Sekarang diganti dengan:

Sudah beli baju baru? 
Toples kuenya udah keisi penuh?
Sumbangan buat acara remaja mesjid sudah terkumpul banyak?
Tetottt.


Selain dari kebudayaan sore-sore keliling cari tajil, beli baju baru buat hari raya, dan masak kue, ada hal yang tidak kalah sakral untuk dilakukan di Bulan Ramadhan. Yakni remaja mesjid yang mejeng di tengah jalan ditemani gentong minyak tanah bekas untuk minta-minta sumbangan guna penyelenggaraan acara, mulai dari yang normal semacam Nuzul Qur’an, renovasi mesjid/mushola, sampai yang absurd buat acara panjat pinang dan penyelenggaraan sepak bola.

Terus terang saya sangat terganggu dengan kebiasaan meminta-minta ‘elit’ ala remaja-remaja yang mengatasnamakan mesjid ini. Bayangkan, dari Solok-Bukittinggi yang berjarak sekitar 60km ada 18 remaja muka tebal nyengir ramah ngalangin orang lewat sambil bawa-bawa kardus dan teriak-teriak minta sumbangan.

Belum lagi yang berada di sekitar lingkungan rumah, jalan yang relatif kecil yang memang hanya cukup untuk jalannya dua mobil dicegat anak-anak  korban obsesi untuk menengadahkan tangan ke pengguna jalan dan sukses bikin jalanan tersendat.

Selain dari mengganggu ketertiban lalu-lintas dan membuat pecah konsentrasi pengendara dari nyetir aman ke nyetir-sambil-rogoh-kantong-nyari-recehan, saya amat menyayangkan ketika mereka remaja-remaja yang harusnya mendayagunakan pikiran menyerah pada kemalasan akal untuk menengadahkan tangan meminta sumbangan recehan kepada orang-orang yang lewat di depan mereka.
Mereka wujud lain dari pengemis jalanan, karena pakai baju bagus dan tidak memasang muka memelas. Mereka ini bagian dari calo jalanan tapi dengan alasan berbeda yang tujuannya menyemarakkan Ramadhan. Plis adek-adek yang cakep, jangan dengan mudah mengecilkan diri. Menyemarakkan Ramadhan dengan membentuk acara Nuzul Qur’an tentu sangat mulia sekali, tapi toh bukan dengan cara menggalang dana dengan cara yang menumpulkan otak dan menjadi ‘penadah’ recehan.

Di usia yang masih muda dan mestinya dikasih stimulun biar bisa kreatif seterusnya, remaja-remaja tunas bangsa ini mestinya punya metode kece untuk meraup modal menggelar acara. Ada yang kita kenal dengan dana usaha, dana yang didapat setelah berusaha. Nyegat orang di tengah jalan itu bukan usaha ya ! Dalam kegiatan mengumpulkan dana usaha ini banyak hal yang bisa dilakukan, belajar gimana caranya liat peluang yang bisa menghasilkan uang.

Kondisi psikis masyarakat menjelang lebaran bisa jadi lahan usaha toh. Jualin kue-kue ke rumah-rumah sekitar dengan ambil fee yang lebih besar dan kasih tau kalau keuntungannya nanti untuk modal bikin acara akan membuat masyarakat sekitar simpati dan kepengen cepet punya mantu. Ya belum tentu kamu juga, sih

Jadi, tidak hanya calon pemimpin yang bisa kita temukan pada proses penyelenggaraan acara tapi juga calon-calon pengusaha muda yang punya kepedulian untuk meramaikan mesjid dan nantinya berkontribusi dalam pergerakan ekonomi Islam. Jadi, adek-adek yang imut udah ya stop minta-minta di tengah jalan, berhenti bermental pengemis, mari daya gunakan otak yang udah dikasih Allah untuk menciptakan karya, bukan untuk menghalangi pengguna jalan. Nanti di laporin ke Polisi tau rasa lho !

Etapi, polentas-polantas kalau lagi Ramadhan gini biasanya tugasnya dikasih ke siswa-siswa SMA/SMP sih buat ngatur jalan :)




You Might Also Like

0 comments

Instagram