"Ibu, kenapa bukan aku yang dilahirkan sangat cantik seperti dia?"
"Nak, ingat bagaimana caramu berjalan di tengah gerombolan pria dengan wajah cantikmu sekarang? Merasa besar dan semua mata mengagumi mu? Tuhan menyelamatkan mu dari keangkuhan"
"Ibu, lihat mobil itu. Pasti nyaman sekali di dalamnya. Bisa tidur nyenyak, nyaman, dan ga perlu berdesak-desakan seperti ini. Kenapa bukan aku yang diciptakan menjadi orang kaya dengan harta yang berlimpah?"
"Nak, Tuhan sudah menyelamatkan mu dari perilaku berfoya-foya. Bukankah dengan keterbatasan sekarang kau masih saja ingin beli ini dan itu untuk kepentingan persepsi orang lain?
"tapi kenapa aku tidak diberi kesempatan dulu untuk merasakan enaknya punya uang banyak? Bukankah kalau punya uang banyak beribadahnya akan lebih baik? Akan banyak yang bisa aku bantu, bu."
"Nak, Tuhan percaya bahwa kau mampu untuk mendapatkan kekayaan yang kau impikan. Tuhan tidak memberikanmu ikan besar begitu saja, tapi memberikanmu kail yang sangat bagus untuk menangkap ikan yang kau inginkan sendiri. Kau bisa memilih ikan mana yang kau suka dengan kail yang kau punya sekarang."
"Tuhan menempatkanmu pada posisi yang kelak akan kau syukuri. Sekarang, berhentilah mengutuk keadaan. Tuhan memilihkanmu kehidupan dan memberikanmu pilihan. Menjalani sembari mengutuknya atau menjalani sembari memperjuangkannya?"
"Nak, hanya ada dua pilihan. Hidupmu berakhir dengan senyuman pencapaian atau terbaring di tempat tidur apek dengan penuh penyesalan. Ini hidupmu, nak. Jalani dengan cara yang menurutmu pantas"
"Ibu, kenapa bukan aku yang punya suami rupawan seperti dia?"